
Dampak Stunting pada Perkembangan Otak Anak
Stunting, atau gagal tumbuh kronis akibat kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari hamil sampai usia 2 tahun), adalah masalah serius yang menghambat tinggi badan, berat badan, dan perkembangan otak anak. Dampaknya tidak sekadar fisik, tetapi juga psikologis, kognitif, dan ekonomi dalam jangka panjang.
- 1. Stunting Akibatkan Penurunan Perkembangan Kognitif dan Motorik
- 2. Stunting Menyebabkan Penurunan Tingkat IQ dan Kemampuan Belajar
- 3. Stunting Membuat Gangguan Emosional dan Perilaku Remaja
- 4. Kerugian Ekonomi Individu dan Negara sebagai Dampak Stunting
- 5. Pentingnya Intervensi Dini dan Pendidikan Gizi untuk Hindari Dampak Stunting
- 6. Rekomendasi Strategi Pencegahan
- Kesimpulan
1. Stunting Akibatkan Penurunan Perkembangan Kognitif dan Motorik
Anak stunting memiliki risiko gangguan kognitif 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan anak yang tumbuh normal. Nutrisi esensial seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral sangat diperlukan untuk sinaptogenesis, pembentukan mielin, dan matangnya struktur otak, proses yang sangat aktif pada 1.000 hari pertama.
Studi di Pakistan mengungkap bahwa anak stunting mengalami hambatan dalam kemampuan bahasa dan adaptasi motorik. Selain itu, riset di Jawa Barat menemukan stunting bisa menghambat kemampuan bahasa, motor halus, dan interaksi sosial pada anak usia 3–6 tahun.
2. Stunting Menyebabkan Penurunan Tingkat IQ dan Kemampuan Belajar
Menurut UNICEF, IQ anak stunting dapat turun rata-rata 11 poin dibanding anak seusianya yang cukup gizi. Selain itu, skala gangguan kognitif juga ditandai oleh lemahnya daya ingat, perhatian, dan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian neuroimaging dari India menunjukkan gangguan pada sistem memori kerja visual, salah satu fondasi belajar nantinya.
3. Stunting Membuat Gangguan Emosional dan Perilaku Remaja
Dampak stunting tidak berhenti di anak usia dini. Studi longitudinal di Jamaika menemukan bahwa remaja yang dulunya stunting lebih rentan terhadap kecemasan, depresi, hiperaktivitas, dan rendahnya harga diri dibanding teman seusianya. Ini menandakan stunting juga memengaruhi perkembangan mental dan emosional jangka panjang.
4. Kerugian Ekonomi Individu dan Negara sebagai Dampak Stunting
Secara makro, dampak stunting bukan hanya bagi individu. Anak stunting cenderung gagal sekolah, memiliki produktivitas rendah, dan berpenghasilan lebih rendah sebagai orang dewasa. Studi World Bank mencatat bahwa stunting dapat mengurangi GDP negara antara 2–11% per tahun. Reddit juga menyebut anak stunting bisa kehilangan hingga 15 poin IQ dan berpenghasilan 25% lebih rendah di tahap dewasa.
5. Pentingnya Intervensi Dini dan Pendidikan Gizi untuk Hindari Dampak Stunting
Pencegahan stunting paling efektif dilakukan sejak hamil hingga anak berusia 2 tahun, termasuk pemenuhan gizi ibu hamil dan ASI eksklusif. Contoh nyata di Kota Pontianak, program “S1 Gizi Pontianak” (program pendidikan gizi di perguruan tinggi setempat) turut berperan dalam penelitian, penyuluhan dan pendampingan gizi masyarakat. Hasil kolaborasi pemerintah – akademisi – masyarakat menekan angka stunting dari 24,4% (2021) menjadi 19,7% (2022), bahkan ditargetkan turun hingga 14% di 2024.
S1 Gizi Pontianak sendiri berperan melalui aktivitas praktikum dan penelitian lapangan, seperti:
- Melakukan kelas edukasi “Pemberian Makan Bayi & Anak” (PMBA).
- Mendorong konsumsi protein hewani (ikan) untuk mendukung perkembangan otak.
- Menyelenggarakan intervensi spesifik melalui pendampingan ibu hamil dan balita.

6. Rekomendasi Strategi Pencegahan
Strategi pencegahan stunting harus dilakukan secara menyeluruh dengan memperkuat beberapa intervensi penting. Pertama, pemenuhan gizi ibu hamil dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sangat krusial untuk memastikan kecukupan makro dan mikro nutrien sejak dini. Selanjutnya, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) bergizi yang kaya karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral seperti A, D, zat besi, yodium, dan zinc harus diperhatikan.
Selain asupan gizi, stimulasi kognitif dan motorik dini melalui aktivitas seperti membaca, bernyanyi, dan permainan sederhana bersama orang tua juga penting bagi perkembangan otak anak. Edukasi dan sosialisasi gizi kepada masyarakat, khususnya ibu hamil dan kader kesehatan, perlu terus dilakukan, misalnya melalui modul pembelajaran berbasis program S1 Gizi Pontianak. Terakhir, intervensi multisektoral yang melibatkan sektor kesehatan, sanitasi, kemiskinan, dan penyediaan air bersih juga menjadi kunci, seperti yang telah berhasil diterapkan di Kota Pontianak.
Kesimpulan
Dampak stunting tidak hanya merusak tubuh, tetapi terutama merusak otak dan masa depan anak. Menghambat perkembangan bahasa, kognisi, memori, serta memicu masalah emosional dan produktivitas rendah di masa dewasa. Namun, dengan intervensi dini melalui gizi optimal, edukasi keluarga, dan kolaborasi akademisi (termasuk program S1 Gizi), stunting dapat dicegah dan diminimalkan secara signifikan.
Di sisi lain, bagi Kamu yang ingin memahami lebih lanjut dan mempelajari apa saja dampak stunting pada otak anak, STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Kampus ini menyediakan program studi yang sesuai dan mendukung pengembangan wawasan di bidang tersebut. Informasi selengkapnya bisa dilihat di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://pontianak.go.id/pontianak-hari-ini/berita/Pontianak-Berhasil-Turunkan-Angka-Stunting
https://bappeda.pontianak.go.id/berita/angka-stunting-pontianak-turun
https://time.com/4799144/nigeria-moms-babies-golden-window-1000-days
https://www.mdpi.com/2072-6643/17/9/1493
https://jn.nutrition.org/article/S0022-3166%2822%2909429-9
https://nutritionchilddev.org/index.php/nutritionchilddev/article/view/73