Transfusi Darah: Pengertian dan Ciri Darah yang Tidak Layak
Transfusi darah adalah prosedur medis yang penting untuk menyelamatkan nyawa, baik dalam situasi darurat maupun untuk pengobatan jangka panjang. Namun, tidak semua darah yang terkumpul dari donor dapat digunakan.
Faktanya, ada beberapa kriteria tertentu yang membuat darah tidak layak untuk transfusi. Mengetahui ciri-ciri darah yang tidak memenuhi syarat ini sangat penting untuk memastikan keamanan bagi pasien penerima.
Memahami Pengertian Transfusi Darah
Transfusi darah adalah prosedur medis di mana darah atau komponen darah dari donor yang sehat diberikan kepada seseorang yang membutuhkan, yang disebut resipien. Prosedur ini sangat penting dalam dunia medis untuk berbagai keperluan, seperti memastikan pasokan oksigen yang cukup ke jaringan tubuh, mengobati perdarahan, gangguan pembekuan darah, serta memperbaiki kekurangan sistem imun.
Transfusi darah juga diperlukan untuk menjaga volume darah di dalam tubuh, terutama bagi pasien yang mengalami kehilangan darah yang signifikan. Berbagai kondisi yang sering membutuhkan transfusi darah antara lain cedera akibat kecelakaan kendaraan, luka tembak, operasi besar, atau pasien dengan penyakit seperti talasemia, anemia hemolitik, dan gangguan darah lainnya.
Selain itu, transfusi darah juga dilakukan pada pasien yang menderita hemoglobinopati, yaitu kelainan pada molekul hemoglobin di dalam darah. Dengan begitu banyaknya kondisi medis yang membutuhkan transfusi, darah manusia berperan sebagai “obat” yang mampu menyembuhkan atau meringankan banyak penyakit.
Ciri-ciri Darah yang Tidak Layak untuk Transfusi
Namun, meskipun transfusi darah sangat bermanfaat, tidak semua darah dapat langsung digunakan. Ada sejumlah syarat dan kriteria yang harus dipenuhi agar darah tersebut aman untuk diberikan kepada penerima. Di bawah ini adalah ciri-ciri darah yang tidak layak untuk transfusi darah:
Terinfeksi Penyakit Menular
Salah satu alasan utama darah tidak layak untuk transfusi adalah jika darah tersebut terinfeksi oleh penyakit menular. Penyakit-penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria adalah contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.
Oleh karena itu, setiap darah yang didonorkan harus melalui proses penyaringan ketat untuk mendeteksi adanya infeksi menular ini. Jika ditemukan infeksi, darah tersebut akan segera ditolak untuk transfusi guna mencegah penularan penyakit kepada penerima.
Kualitas Darah yang Menurun
Darah yang disimpan terlalu lama atau tidak dalam kondisi penyimpanan yang tepat dapat mengalami penurunan kualitas. Darah biasanya disimpan pada suhu yang dikontrol dengan ketat dan hanya dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Jika darah disimpan lebih lama dari batas waktu yang diizinkan, komponen-komponen di dalam darah, seperti sel darah merah, trombosit, atau plasma, bisa mengalami kerusakan atau kehilangan fungsinya. Darah yang sudah mengalami kerusakan ini tidak layak untuk ditransfusikan karena tidak akan memberikan manfaat optimal bagi penerima dan bahkan bisa berisiko.
Perubahan Warna dan Konsistensi
Darah yang normal harus memiliki warna merah cerah, dengan konsistensi yang tepat. Jika ditemukan perubahan warna, misalnya menjadi lebih gelap atau keruh, hal ini dapat menunjukkan adanya kerusakan sel darah atau kontaminasi.
Selain itu, darah yang menggumpal atau mengalami perubahan konsistensi juga menjadi tanda bahwa darah tersebut tidak layak untuk digunakan. Penggumpalan darah bisa mengindikasikan kerusakan pada sel darah atau adanya reaksi kimia yang tidak diinginkan selama penyimpanan.
Golongan atau Rhesus yang Tidak Cocok
Golongan darah dan faktor rhesus sangat penting dalam transfusi darah. Transfusi darah yang tidak sesuai dengan golongan darah atau rhesus pasien dapat menyebabkan reaksi penolakan yang berbahaya. Oleh karena itu, darah yang golongan atau rhesus-nya tidak cocok dengan penerima akan dianggap tidak layak untuk transfusi. Pemeriksaan kesesuaian golongan darah ini dilakukan dengan sangat hati-hati sebelum proses transfusi dilakukan.
Kandungan Zat Berbahaya dalam Darah
Darah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti alkohol, narkotika, atau obat-obatan terlarang juga tidak layak untuk transfusi darah. Zat-zat ini dapat mempengaruhi kesehatan penerima dan menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan.
Oleh sebab itu, sebelum donor darah dilakukan, calon donor biasanya ditanya mengenai konsumsi zat-zat tersebut untuk memastikan bahwa darah yang disumbangkan bersih dari kontaminan.
Kesimpulannya prosedur seleksi dan pemeriksaan darah yang ketat sangat penting untuk menjamin keselamatan pasien dan efektivitas transfusi darah. Apabila Anda ingin berkontribusi lebih dalam dunia kesehatan, khususnya dalam pengelolaan bank darah, Anda dapat mempertimbangkan untuk bergabung dengan program studi D3 Bank Darah Kaltim, STIKes Husada Borneo.
Program ini memberikan pengetahuan dan keterampilan yang mendalam mengenai manajemen darah serta membantu Anda berperan penting dalam menjaga kualitas darah yang aman untuk transfusi.
Temukan informasi lebih lanjut tentang pendaftaran jurusan Bank Darah di STIKes Husada Borneo melalui stikeshb.ac.id atau follow @stikeshb di Instagram untuk konten menarik lainnya!
Sumber:
https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/3937/6/6.%20BAB%20II.pdf