Menghitung Status Gizi Bayi, Begini Caranya
Pertumbuhan yang terhambat selama masa kanak-kanak biasanya berhubungan dengan status gizi bayi. Oleh karena itu, status gizi harus dievaluasi dengan baik sejak bayi lahir. Tujuannya adalah guna membantu bayi tumbuh secara optimal pada jalur yang tepat.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara sederhana dan murah tanpa memerlukan peralatan medis yang canggih. Nah, untuk mengoptimalkan perkembangan buah hati Anda, berikut ini adalah caraa menghitung status gizi bayi.
Indikator Pengukuran Status Gizi Bayi
Beberapa indikator penting dalam penggukuran status gizi bayi menurut Bahan Ajar Penilaian Status Gizi, yaitu :
Berat badan
Berat badan bayi berubah dalam waktu singkat sehingga mudah untuk diamati. Hal tersebut membuat berat badan dapat menjadi tolak ukur status gizi.
Panjang badan
Panjang atau tinggi badan dapat memberikan gambaran akan pertumbuhan massa tulang. Asupan gizi yang didapatkan khususnya di masa lampau, sangat berpengaruh pada pertumbuhan tersebut.
Pada anak dengan usia di atas dua tahun serta orang dewasa, tinggi badan diukur dengan microtoise atau mikrotoa. Namun, pengukuran panjang badan pada bayi dilakukan dengan menempatkan bayi pada posisi berbaring di atas nfantometer atau length board.
Lingkar kepala
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pertumbuhan otak pada bayi dapat dinilai dengan ukuran lingkar kepala. Caranya dengan menggunakan pita ukur non elastis dan melingkarkannya pada bagian atas alis lalu melewati bagian atas telinga, hingga pada bagian yang paling menonjol di bagian belakang kepala.
Cara Menghitung Status Gizi Bayi
Untuk mengukur satus gizi, bagi bayi dengan usia 0-5 tahun dapat menggunakan bantuan grafik WHO 2006 (cut off z score) dengan satuan pengukuran standar deviasi (SD).
Status gizi bayi didasarkan pada berat badan sesuai umur (BB/U)
Dalam tabel berat badan berdasarkan usia yang dikeluarkan WHO, seorang bayi dikatakan memiliki berat badan ideal ketika hasilnya ada di rentang -2 hingga +1 SD. Jika kurang dari -2 SD, bayi dikatakan kekurangan berat badan. Pun jika hasil pengukuran +1 SD, berarti berat badan bayi berada dalam kategori risiko berlebih.
Status gizi bayi didasarkan pada panjang badan sesuai umur (PB/U)
Penilaian status gizi bayi didasarkan PB/U, yaitu sangat pendek jika kurang dari -3 SD , pendek jika berada dalam rentang -3 SD hingga kurang dari-2 SD, normal pada rentang -2 SD hingga +3 SD, dan dikatakan tinggi jika lebih dari +3 SD.
Status gizi bayi didasarkan pada berat badan sesuai panjang badan (BB/PB)
Indikator ini digunakan untuk menilai berat badan bayi berdasarkan panjang badannya. Meski begitu, karena memakai penilaian panjang badan, maka indikator ini hanya dapat dipakai untuk bayi yang belum mampu berdiri tegak.
Penilaian status gizi bayi yang didasarkan BB/PB, yaitu dikatakan gizi buruk jika hasil penilaian kurang dari -3 SD, dikatakan gizi kurang jika berada pada -3 SD sampai hingga -2 SD, gizi baik pada -2 SD hinga +1 SD, dan risiko gizi lebih ketika hasil penilaian lebih dari +1 SD sampai dengan +2 SD. Sementara seorang bayi dikatakan gizi lebih jika lebih dari +2 SD hingga +3 SD dan dikatakan obesitas jika lebih dari +3 SD.
Status gizi bayi didasarkan pada lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala bayi menurut petunjuk WHO, yakni ukuran lingkar kepala terlalu kecil (mikrosefalus) pada persentil lebih dari 2, ukuran lingkar kepala normal pada persentil lebih dari atau sama dengan 2 hingga kurang dari 98, dan ukuran lingkar kepala terlalu besar (makrosefalus) jika presentil lebih dari 98.
Tentu saja jika Anda menjadi seorang ahli gizi, cara menghitung status gizi bayi akan Anda pelajari secara lebih mendalam. Jadilah bagian dari Program Studi S1 Gizi STIKES Husado Borneo untuk menjadi ahli gizi yang handal. Ikuti @stikeshb dan dapatkan informasi ilmu gizi Kalimantan Selatan dan informasi terkait pendaftaran.