
Menggali Potensi Inner Childhood untuk Pengembangan Diri
Inner childhood adalah bagian emosional dari diri seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil, baik menyenangkan maupun traumatis. Istilah ini semakin populer karena banyak individu dewasa mulai menyadari dampaknya terhadap pola pikir dan perilaku.
Bagi mahasiswa, memahami dan menyembuhkan inner childhood bisa menjadi langkah penting dalam pengembangan diri dan pencapaian tujuan hidup.
Mengapa Inner Childhood Penting Diketahui?
Inner childhood bukan sekadar istilah psikologi populer. Ia berperan besar dalam membentuk cara kita menghadapi tekanan, kritik, dan interaksi sehari-hari.
Ketika bagian diri ini diabaikan, bisa muncul kecemasan, perfeksionisme, atau ketakutan tanpa alasan yang jelas. Banyak mahasiswa mengalami overthinking atau mudah tersinggung, padahal akar permasalahannya ada pada masa lalu yang belum tersentuh.
Sebuah penelitian oleh Khusnul Aini dan Nur Wulan (2023) menemukan bahwa 7 partisipan dewasa membawa luka dari trauma masa kecil, terutama saat usia 5–10 tahun. Pengalaman itu tidak hilang begitu saja.
Enam partisipan mengalami trauma keluarga, seperti kekerasan verbal dan konflik orang tua. Satu lainnya mengalami bullying berat di lingkungan sekolah.
Meskipun terlihat kuat secara fisik dan akademis, nyatanya mereka masih menyimpan bagian diri yang terluka. Hal ini memengaruhi emosi, kepercayaan diri, dan hubungan sosial mereka saat dewasa.
Dengan menyadari keberadaan inner childhood, seseorang bisa belajar berdamai dan memberikan kasih sayang pada bagian dirinya yang terluka.

Cara Menggali dan Menyembuhkan
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan mahasiswa untuk menggali dan mengolah potensi inner childhood:
1. Menyadari Pola Emosi
Coba perhatikan emosi yang muncul saat menghadapi kritik, tekanan, atau konflik. Apakah berlebihan? Ini bisa jadi sinyal dari inner child yang belum sembuh.
2. Tulis Surat untuk Diri Kecil
Latihan ini sangat membantu. Tulis pesan penuh kasih untuk diri Anda saat kecil, khususnya di masa-masa sulit.
3. Meditasi Visualisasi
Bayangkan versi kecil dari diri Anda. Peluk secara mental. Ucapkan bahwa Anda hadir dan mencintainya. Ini membangun rasa aman internal.
4. Bicara dengan Profesional
Konseling atau terapi bisa jadi jalan terbaik untuk menggali trauma yang lebih dalam. Psikolog terlatih akan memandu proses ini dengan aman dan bertahap.
5. Bangun Kegiatan Positif
Menulis jurnal, bergabung komunitas, atau membuat rutinitas sehat bisa membantu mengisi kekosongan emosional yang ditinggalkan luka lama.
Inner Childhood dan Potensi Mahasiswa
Inner childhood bukanlah kelemahan, melainkan sumber kekuatan jika diolah dengan benar. Banyak ide kreatif, empati, dan kepekaan sosial justru lahir dari pengalaman emosional yang mendalam.
Mahasiswa yang sadar akan luka batinnya lebih mampu menciptakan hubungan sehat, menyusun tujuan hidup yang jujur, dan membangun ketahanan mental.
Pemahaman ini menjadi bagian penting dalam pengembangan karakter generasi muda yang tangguh dan otentik.
Menyentuh kembali inner childhood bukan berarti membuka luka lama, melainkan memberi kesempatan bagi diri dewasa untuk merangkul dan memulihkannya. Mahasiswa yang mampu memahami hal ini akan tumbuh lebih seimbang secara emosional dan mental.
STIKes Husada Borneo, sebagai salah satu perguruan tinggi di Martapura, hadir memberikan peluang pengembangan diri menyeluruh melalui pendekatan ilmiah dan humanistik dalam pendidikan kesehatan.
Kunjungi situs stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb untuk mendapatkan informasi lengkap tentang pendaftaran!
Sumber: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku/article/view/684