
Mengenal Kusta, Penyebab dan Pengobatannya
Kusta, yang dahulu sering disebut lepra, adalah penyakit menahun yang masih mendapat perhatian dunia medis hingga kini. Walau terdengar kuno dan sering dibarengi stigma sosial, kusta sejatinya adalah kondisi infeksi yang dapat diobati dengan baik jika terdeteksi sejak dini. Artikel kali ini akan mengurai apa itu kusta, bagaimana penyebabnya, gejala khasnya, cara pengobatan modern, serta tantangan dalam penanggulangannya.
Apa Itu Kusta? Definisi dan Karakteristik
Kusta (lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf perifer (saraf tepi). Bakteri ini berkembang lambat, sehingga gejala penyakit tidak langsung tampak, yang terkadang butuh waktu tahun atau dekade sejak infeksi awal hingga muncul tanda klinis. Kusta dapat menyebabkan kerusakan saraf, mati rasa, perubahan warna kulit, dan dalam kasus berat, deformitas jika tidak diobati.
Walaupun dahulu sering dianggap sebagai penyakit kutukan atau penyakit menular yang sangat agresif, kenyataannya kusta tidak mudah menular dan bisa disembuhkan melalui pengobatan yang tepat. Stigma sosial yang melekat sering kali menjadi hambatan dalam deteksi dini dan pemberian pengobatan secara efektif.
Penyebab dan Jalur Penularan Kusta
Penyebab utama kusta adalah Mycobacterium leprae. Jalur penularannya terutama melalui droplet (percikan cairan dari pernapasan) seperti ludah atau dahak dari penderita aktif yang belum diobati, terutama bila terjadi kontak dekat dan dalam waktu lama. Namun, tidak setiap orang yang terpapar akan tertular karena faktor kekebalan tubuh individu sangat berperan.
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kusta antara lain tinggal di daerah endemik, memiliki sistem imun lemah, atau kontak lama dengan penderita aktif yang tidak dirawat. Kusta sering diklasifikasi ke dalam dua jenis besar berdasarkan jumlah lesi dan beban bakteri: Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB). PB umumnya melibatkan sedikit lesi dan hasil bakteriologi negatif, sementara MB melibatkan banyak lesi dan bakteri positif.
Gejala dan Tanda Khas Kusta
Gejala kusta berkembang perlahan dan sering kali diabaikan. Beberapa tanda yang patut dicermati:
- Bercak kulit berubah warna (lebih pucat atau kemerahan), kadang menebal atau mengkilap, dan disertai mati rasa (tidak bisa merasakan sentuhan, tekanan, suhu) pada bagian kulit tersebut.
- Saraf perifer yang membesar (misalnya di siku, lutut) bisa terasa seperti benjolan.
- Lemah otot, kesemutan, atau kelumpuhan ringan pada tangan atau kaki.
- Luka yang sulit sembuh atau ulkus di bagian kaki atau tangan ketika penderita tidak merasakan luka karena mati rasa.
- Tanda lain seperti hilangnya alis, gangguan fungsi saraf di area mata atau hidung, dan perubahan pada kulit yang mengalami penurunan keringat (anhidrosis) juga mungkin terjadi.

Diagnosa dan Pengobatan Kusta
Diagnosa kusta dimulai dengan pemeriksaan klinis: dokter akan menilai lesi kulit, kepekaan rasa, dan tanda pembesaran saraf. Untuk memastikan, biasanya dilakukan skin smear (kerokan kulit) untuk mendeteksi bakteri tahan asam (BTA). Selain itu, klasifikasi ke dalam PB atau MB membantu menentukan rejimen pengobatan.
Pengobatan kusta modern menggunakan Terapi Multi-Obat (MDT, Multidrug Therapy) yang disarankan WHO, yang mencakup kombinasi antibiotik seperti rifampicin, dapsone, dan clofazimine. Durasi pengobatan bervariasi: sekitar 6 bulan pada kasus PB, dan hingga 12-24 bulan pada kasus MB.
Selain antibiotik, intervensi lain mungkin diperlukan bagi penderita yang sudah mengalami kerusakan saraf atau deformitas, seperti terapi fisik, operasi saraf, atau rehabilitasi fungsi. Penanganan dini sangat krusial untuk mencegah kecacatan permanen dan komplikasi, serta memutus rantai penularan.
Tantangan, Stigma, dan Peran Pendidikan Kesehatan
Salah satu hambatan terbesar dalam penanggulangan kusta adalah stigma sosial. Banyak penderita enggan mencari pengobatan karena takut dijauhi atau didiskriminasi. Selain itu, deteksi dini masih rendah di beberapa daerah endemik, dan akses pengobatan belum merata.
Dalam konteks pendidikan kesehatan dan pencatatan medis, keberadaan program dan sumber daya manusia yang terlatih sangat diperlukan. Jurusan rekam medis dan ilmu kesehatan, seperti jurusan rmik Kaltim, memiliki peran strategis dalam mendukung dokumentasi kasus, pemantauan pasien, serta edukasi masyarakat agar stigma bisa dikurangi dan pelayanan lebih efektif.
Kesimpulan
Kusta adalah infeksi kronis akibat Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi dengan perkembangan lambat serta berisiko menimbulkan kecacatan bila terlambat diobati. Penyakit ini menular lewat kontak erat berkepanjangan, meski tidak semua yang terpapar akan tertular. Terapi paling efektif adalah MDT (multi-obat) yang dapat menyembuhkan dan mencegah komplikasi bila dilakukan konsisten. Tantangan utamanya ada pada stigma sosial dan rendahnya kesadaran masyarakat, sehingga edukasi kesehatan serta sistem rekam medis yang baik penting untuk mempercepat dan memanusiakan penanganan kusta.
Bagi yang ingin mempelajari ilmu kesehatan, STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Kampus ini menyediakan program studi yang sesuai dan mendukung pengembangan wawasan di bidang tersebut. Informasi pendaftaran secara lengkap bisa kamu dapatkan di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/1542/kusta
https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-kulit/kusta/
https://rs.uns.ac.id/mengenal-kusta-lepra-bukan-penyakit-kutukan/
https://www.alodokter.com/kusta
https://jurnal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/download/19379/10321
Tag:kusta, penyakit, skin smear