
Mengenal Batuk Rejan dan Penyebabnya
Batuk rejan, atau yang dikenal dengan nama medis pertusis, adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyerang siapa saja, namun lebih berisiko pada bayi, anak-anak, serta orang dewasa dengan sistem imun yang lemah. Penting untuk memahami gejala, penyebab, dan cara pencegahan batuk rejan guna mengurangi risiko penularan dan komplikasi serius.
Apa Itu Batuk Rejan?
Batuk rejan adalah infeksi bakteri pada saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk parah dan berkepanjangan. Penyakit ini dinamakan “batuk 100 hari” karena durasi batuk yang bisa berlangsung hingga tiga bulan. Salah satu ciri khasnya adalah suara tarikan napas tinggi yang disebut “whoop” setelah serangan batuk. Meskipun dapat menyerang siapa saja, batuk ini lebih berbahaya bagi bayi di bawah usia 1 tahun yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap.
Penyebab Batuk Rejan
Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis yang menyerang saluran pernapasan. Bakteri ini menyebar melalui droplet atau percikan udara saat penderita batuk atau bersin. Setelah masuk ke tubuh, bakteri ini melepaskan racun yang menyebabkan peradangan dan peningkatan produksi lendir di saluran pernapasan, memicu serangan batuk yang parah. Penyakit ini sangat menular, terutama pada tahap awal sebelum gejala muncul secara penuh.
Gejala Batuk Rejan
Gejala batuk rejan berkembang dalam tiga fase, diantaranya sebagai berikut:
1. Fase Kataral (Awal)
Gejala mirip flu biasa, seperti hidung tersumbat, bersin, demam ringan, dan batuk ringan. Fase ini berlangsung selama 1-2 minggu dan sangat menular.
2. Fase Paroksismal (Lanjutan)
Ditandai dengan serangan batuk hebat yang terjadi berulang kali, disertai suara “whoop” saat menarik napas. Serangan batuk bisa menyebabkan muntah, wajah memerah atau kebiruan, dan kelelahan. Fase ini berlangsung 1-6 minggu.
3. Fase Konvalesen (Pemulihan)
Batuk mulai berkurang, namun bisa kambuh jika terjadi infeksi saluran pernapasan lain. Fase ini berlangsung 2-3 minggu.
Pada bayi, gejala bisa berbeda, seperti apnea (henti napas sejenak) tanpa batuk yang jelas. Hal ini membuat deteksi dini menjadi lebih sulit.

Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan utama batuk rejan adalah melalui vaksinasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus). Vaksin ini diberikan pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan usia 4-6 tahun. Vaksinasi ulang pada remaja dan dewasa juga dianjurkan untuk menjaga kekebalan tubuh.
Pengobatan batuk ini melibatkan pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Antibiotik paling efektif jika diberikan pada fase awal penyakit. Selain itu, perawatan suportif seperti istirahat yang cukup, hidrasi yang baik, dan penghindaran terhadap iritan pernapasan (seperti asap rokok) juga penting.
Kesimpulan
Batuk rejan adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak. Penting untuk memahami gejala, penyebab, dan cara pencegahan batuk rejan guna melindungi diri dan orang di sekitar kita. Vaksinasi adalah langkah utama dalam pencegahan penyakit ini. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Untuk yang ingin mempelajari lebih dalam terkait berbagai ilmu kesehatan, program studi rekam medis Banjarbaru di STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Informasi pendaftaran secara lengkap bisa kamu dapatkan di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://www.alodokter.com/batuk-rejan
https://www.halodoc.com/kesehatan/batuk-rejan
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-non-penyakit/infeksi-pernapasan–tb/batuk-rejan
https://academic.oup.com/jid/article/224/Supplement_4/S310/6378082
Tag:batuk, Batuk Rejan, vaksin