
Diagnosa Hipertensi: Anamnesis hingga Catatan Medis Digital
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan salah satu penyakit tidak menular paling umum di Indonesia dan sering dijuluki silent killer. Proses mengidentifikasi kondisi ini atau diagnosa hipertensi tidak hanya dimulai dari gejala yang jarang terasa oleh pasien, tetapi melalui rangkaian tahapan medis yang sistematis. Di era kemajuan teknologi kesehatan, catatan medis dan sistem perekam dan informasi kesehatan semakin mendukung efisiensi dan akurasi penetapan diagnosa tersebut.
Peran Anamnesis dalam Diagnosa Hipertensi
Langkah awal dalam diagnosa hipertensi adalah anamnesis, yakni wawancara mendalam mengenai riwayat kesehatan pasien. Dokter akan menggali mengenai faktor risiko seperti:
- Riwayat keluarga hipertensi atau penyakit kardiovaskular
- Kebiasaan merokok, konsumsi garam, serta olah raga
- Gejala yang mungkin muncul, seperti nyeri kepala, pusing, atau gangguan penglihatan
Informasi ini sangat penting karena membantu menentukan apakah pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin atau bahkan menggunakan metode lanjutan seperti Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM).
Pengukuran Tekanan Darah: Tahapan yang Tepat
Menurut Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021, diagnosis ditegakkan jika tahanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg atau diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg, dengan pengulangan minimal dua kali dalam kunjungan berbeda.
Teknik pengukuran harus akurat:
- Pasien duduk tenang selama 5 menit
- Manset yang digunakan sesuai ukuran lengan
- Pengukuran benar-benar diam, tanpa bicara, tidak setelah konsumsi kafein atau olah raga
- Lakukan tiga kali pengukuran dengan selisih 1-2 menit, dan hitung reratanya.
Klasifikasi dan Pemindaian Penyakit Sekunder
Setelah berdasarkan hasil tekanan darah, hipertensi diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori: normal, pra‑hipertensi, tingkat 1, dan tingkat 2. Selanjutnya, diperlukan evaluasi untuk mendeteksi kemungkinan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh kondisi medis lain seperti gangguan ginjal atau endokrin. Gejala klinis seperti onset sebelum usia 30 tahun, atau tekanan darah resisten terhadap terapi, menjadi petunjuk utama diagnosis sekunder.
Integrasi Data ke Catatan Medis Digital
Kini, integrasi hasil anamnesis dan pengukuran ke dalam sistem catatan medis elektronik sangat diperlukan. Khususnya, penyimpanan data melalui perekam dan informasi kesehatan memungkinkan tenaga medis untuk:
- Mengakses data tekanan darah secara akurat dan cepat
- Melacak tren tekanan darah dari waktu ke waktu
- Berkolaborasi antar fasilitas, seperti puskesmas dan rumah sakit
- Mengurangi duplikasi pemeriksaan dan mempermudah evaluasi risiko pasien
Digitalisasi ini juga mempermudah penerapan protokol lanjutan dan pengingat kontrol rutin bagi pasien hipertensi.

Edukasi dan Perencanaan Tatalaksana Terkait Hipertensi
Setelah diagnosa ditegakkan, pasien perlu diberikan edukasi tentang pentingnya modifikasi gaya hidup. Rekomendasinya yaitu:
- Pengurangan natrium dan berat badan
- Pelaksanaan olahraga rutin
- Berhenti merokok
Program pengobatan dan pengawasan tekanan darah kemudian disusun berdasarkan tingkat risiko dan klasifikasi pasien, baik melalui obat antihipertensi maupun pengukuran lanjutan menggunakan HBPM/ABPM.
Kesimpulan
Diagnosa hipertensi dimulai dari anamnesis mendalam, dilanjutkan dengan pengukuran tekanan darah yang akurat, klasifikasi yang tepat, dan identifikasi kemungkinan penyebab sekunder. Semua data tersebut kemudian diolah ke dalam catatan medis digital memperkuat keselarasan dalam perawatan. Melalui kolaborasi antara tenaga kesehatan dan sistem perekam dan informasi kesehatan, langkah ini dapat mengoptimalkan pencegahan komplikasi jangka panjang.
Untuk yang ingin mempelajari lebih dalam terkait diagnosa hipertensi, STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Kampus ini menyediakan program studi yang sesuai dan mendukung pengembangan wawasan di bidang tersebut. Informasi pendaftaran secara lengkap bisa kamu dapatkan di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://upk.kemkes.go.id/new/mengenal-penyakit-hipertensi
https://ru.scribd.com/document/710130968/Konsensus-InaSH-2024
https://kemkes.go.id/id/pnpk-2021—tata-laksana-hipertensi-dewasa