
Leptospirosis Penyakit Apa? Kenali Gejala dan Pencegahannya!
Di tengah meningkatnya kasus penyakit yang ditularkan melalui hewan, leptospirosis kembali menjadi perhatian karena penyebarannya yang cepat terutama pada wilayah berisiko banjir atau lingkungan dengan sanitasi buruk. Banyak masyarakat masih bertanya leptospirosis penyakit apa dan mengapa bisa menyerang manusia dengan konsekuensi cukup serius. Padahal, memahami penyakit ini sangat penting agar upaya pencegahan bisa dilakukan sejak dini. Leptospirosis sering kali datang tanpa disadari, dimulai dari gejala mirip flu hingga berpotensi menjadi infeksi berat yang menyerang ginjal dan hati.
Leptospirosis Penyakit Apa? Memahami Penyebab dan Mekanismenya
Untuk menjawab pertanyaan leptospirosis penyakit apa, kita perlu memahami bahwa penyakit ini merupakan infeksi bakteri Leptospira yang umumnya ditularkan melalui urin hewan, terutama tikus. Penularan biasanya terjadi ketika manusia menyentuh air atau tanah yang terkontaminasi, kemudian bakteri masuk melalui luka kecil pada kulit atau selaput lendir.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa “Leptospirosis is a bacterial disease that affects humans and animals, transmitted primarily through the urine of infected animals.”. Penjelasan ini mempertegas bahwa interaksi dengan lingkungan yang tercemar merupakan faktor risiko terbesar. Di Indonesia, kasus leptospirosis sering meningkat saat musim hujan atau bencana banjir, ketika genangan air bercampur limbah hewan.
Leptospirosis Penyakit Apa? Tanda Awal yang Tidak Boleh Diabaikan
Masih banyak orang yang kurang memahami leptospirosis penyakit apa sampai akhirnya mengalami gejala yang memburuk. Pada tahap awal, penderita biasanya merasakan demam mendadak, sakit kepala, nyeri otot terutama di betis, mual, muntah, hingga mata memerah. Gejala ini sering disalahartikan sebagai flu biasa, sehingga banyak pasien terlambat mencari pertolongan medis.
Namun pada kondisi tertentu, penyakit ini dapat berkembang menjadi fase berat yang dikenal sebagai Weil’s Disease, ditandai dengan gagal hati, gagal ginjal, bahkan perdarahan internal. Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa “Leptospirosis dapat menyebabkan komplikasi serius bila tidak cepat ditangani, terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah.”. Oleh karena itu, deteksi dini menjadi faktor utama untuk menekan risiko perburukan.
Faktor Risiko dan Pola Penularan Leptospirosis
Penularan leptospirosis sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan. Orang yang bekerja di area rawan genangan, petani, petugas kebersihan, hingga masyarakat yang sering kontak dengan air banjir memiliki risiko lebih tinggi. Hewan pembawa bakteri tidak hanya tikus, tetapi juga anjing, sapi, dan hewan ternak lainnya.
Faktor risiko meningkat ketika sanitasi buruk, penggunaan alas kaki tidak memadai, atau kebiasaan beraktivitas tanpa perlindungan saat hujan deras. Di sinilah pentingnya edukasi publik, termasuk melalui lembaga pendidikan kesehatan.

Cara Pencegahan Leptospirosis: Langkah yang Bisa Dilakukan
Pencegahan leptospirosis sebenarnya sederhana, tetapi memerlukan konsistensi. Beberapa langkah yang direkomendasikan organisasi kesehatan antara lain:
- Menghindari kontak langsung dengan air banjir atau genangan, terutama jika memiliki luka atau goresan.
- Menggunakan sepatu boots dan sarung tangan saat bekerja di area berisiko.
- Menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berkembangnya populasi tikus.
- Menyimpan makanan dan bahan dapur dalam wadah tertutup.
- Mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di luar ruangan.
World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa “Environmental sanitation and rodent control remain the most effective long-term preventive measures against leptospirosis.”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa upaya berbasis lingkungan memegang peran penting dalam menekan penyebaran penyakit.
Kesimpulan
Leptospirosis adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, terutama di lingkungan dengan risiko pencemaran tinggi. Dengan memahami leptospirosis penyakit apa, bagaimana gejalanya, serta langkah pencegahannya, masyarakat dapat lebih waspada dan mampu melindungi diri dari infeksi serius. Edukasi kesehatan, sanitasi lingkungan, dan pencegahan mandiri adalah kunci utama dalam meminimalkan penyebaran bakteri Leptospira.
Bagi yang ingin melanjutkan pendidikan di kampus terbaik Kalimantan Selatan, STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Kampus ini menyediakan program studi yang sesuai dan mendukung pengembangan wawasan di bidang tersebut. Informasi pendaftaran secara lengkap bisa kamu dapatkan di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://www.cdc.gov/leptospirosis/
https://www.who.int/health-topics/leptospirosis
https://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/3638
https://journal.ubb.ac.id/ekotonia/article/download/3141/1837/
Tag:gejala, Leptospirosis, penyakit
