
Bibir Sumbing dan Risikonya pada Bayi
Bibir sumbing merupakan salah satu kelainan bawaan yang cukup sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kondisi ini terjadi ketika jaringan bibir atau langit-langit mulut tidak menyatu dengan sempurna saat janin berkembang. Meskipun sering dianggap sekadar masalah estetika, kenyataannya bibir sumbing dapat membawa dampak yang lebih luas terhadap kesehatan bayi. Mulai dari kesulitan makan, gangguan bicara, hingga masalah psikososial ketika anak tumbuh besar nanti.
Apa Itu Bibir Sumbing dan Bagaimana Terjadinya?
Secara medis, bibir sumbing adalah kondisi ketika bagian bibir atas terbentuk tidak sempurna sehingga muncul celah. Kelainan ini sering disertai cleft palate, yaitu celah pada langit-langit mulut. Proses pembentukan wajah terjadi pada usia kehamilan 4-7 minggu. Pada masa inilah jaringan wajah harus menyatu dengan tepat. Bila penyatuan tidak terjadi, maka timbullah kondisi sumbing.
Kelainan ini dapat terjadi pada satu atau dua sisi bibir. Pada kasus tertentu, celah bisa sangat kecil, tetapi pada kasus lain celahnya lebih lebar sehingga menyulitkan bayi saat menyusu. Meski penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan sama-sama berperan.
Faktor Risiko yang Meningkatkan Terjadinya Bibir Sumbing
Para peneliti menemukan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan bibir sumbing. Merokok selama hamil, misalnya, terbukti meningkatkan risiko hingga dua kali lipat. Ibu hamil yang sering terpapar asap rokok pun berisiko lebih tinggi. Selain itu, konsumsi alkohol dan kekurangan asam folat pada masa awal kehamilan juga menjadi faktor penting.
Riwayat keluarga dengan kelainan sumbing turut meningkatkan peluang terjadinya kondisi serupa pada bayi berikutnya. Beberapa obat tertentu seperti antikejang juga dapat memengaruhi perkembangan jaringan wajah janin. Karena itu, konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum mengonsumsi obat apa pun selama kehamilan sangat dianjurkan.
Risiko Kesehatan pada Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing sering kali mengalami kesulitan saat makan. Celah pada bibir atau langit-langit dapat membuat bayi sulit mengisap ASI dengan kuat, sehingga mereka lebih mudah lelah dan asupan nutrisi menjadi kurang optimal. Pada beberapa kasus, ini berdampak pada pertumbuhan yang lebih lambat.
Selain masalah makan, anak dengan sumbing langit-langit mulut sering mengalami infeksi telinga berulang. Hal ini terjadi karena celah memengaruhi fungsi saluran eustachius yang mengatur tekanan di telinga tengah. Jika infeksi terlalu sering terjadi dan tidak tertangani, risiko gangguan pendengaran pun meningkat.
Ketika anak tumbuh, mereka mungkin juga menghadapi masalah bicara. Celah pada langit-langit dapat membuat suara terdengar sengau atau sulit mengucapkan huruf-huruf tertentu. Terapi wicara biasanya diperlukan, bahkan setelah operasi dilakukan.
Tak hanya itu, aspek psikologis juga menjadi perhatian. Stigma sosial atau komentar negatif dari lingkungan dapat memengaruhi kepercayaan diri anak. Oleh karena itu, peran keluarga dan dukungan masyarakat sangat penting untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal.

Penanganan dan Harapan Kesembuhan
Kabar baiknya, bibir sumbing dapat diperbaiki melalui tindakan operasi. Biasanya operasi bibir dilakukan saat bayi berusia antara 3-6 bulan, sementara perbaikan langit-langit dilakukan pada usia sekitar 9-18 bulan. Setelah itu, beberapa anak mungkin membutuhkan operasi tambahan, terapi wicara, atau rehabilitasi lainnya.
Dengan perawatan yang tepat, anak-anak dengan bibir sumbing dapat tumbuh sehat, berbicara dengan baik, dan menjalani kehidupan yang sama seperti anak-anak lainnya. Kolaborasi antara dokter bedah plastik, dokter anak, ahli gizi, terapis wicara, dan tenaga kesehatan lainnya sangat membantu keberhasilan pemulihan jangka panjang.
Kesimpulan
Bibir sumbing bukan hanya masalah bentuk fisik, tetapi juga dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang memerlukan perhatian khusus. Dengan penanganan tepat sejak dini, sebagian besar masalah dapat diatasi, dan anak dapat tumbuh sehat serta percaya diri. Edukasi kepada calon orang tua dan masyarakat menjadi hal penting dalam mencegah serta memahami kondisi ini secara komprehensif.
Sementara bagi kamu yang ingin mengambil jurusan D3 rekam medis Kalimantan Selatan, STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Kampus ini menyediakan program studi yang sesuai dan mendukung pengembangan wawasan di bidang tersebut. Informasi pendaftaran secara lengkap bisa kamu dapatkan di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/cleftlip.html
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cleft-palate
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/congenital-anomalies
https://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/384
https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)31220-9/fulltext
Tag:bayi, bibir sumbing
