
Imunisasi: Memahami Apa Saja Mitos dan Faktanya
Imunisasi merupakan salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Namun, seiring dengan meningkatnya informasi di era digital, berbagai mitos seputar vaksinasi sering kali beredar dan menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat. Artikel ini akan membahas beberapa mitos umum tentang imunisasi dan fakta ilmiah yang mendasarinya, serta pentingnya pemahaman yang benar dalam mendukung program imunisasi nasional.
Mitos 1: Imunisasi Tidak Penting karena Penyakitnya Sudah Tidak Ada
Banyak orang beranggapan bahwa karena beberapa penyakit seperti polio dan campak sudah jarang ditemui, vaksinasi menjadi tidak penting. Padahal, penyakit-penyakit tersebut masih ada dan dapat kembali muncul jika cakupan vaksinasi menurun. Menurut Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 2,8 juta anak berusia 1-3 tahun di Indonesia belum mendapatkan vaksinasi lengkap pada tahun 2024.
Mitos 2: Menyebabkan Penyakit
Beberapa orang percaya bahwa vaksinasi dapat menyebabkan penyakit tertentu. Padahal, vaksin yang digunakan dalam imunisasi telah melalui uji klinis yang ketat dan terbukti aman. Efek samping yang mungkin timbul, seperti demam ringan atau nyeri di tempat suntikan, biasanya bersifat sementara dan tidak berbahaya.
Mitos 3: Vaksin Mengandung Bahan Berbahaya
Ada anggapan bahwa vaksin mengandung bahan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan. Faktanya, vaksin mengandung komponen yang aman dan telah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan. Bahan pengawet seperti thimerosal yang digunakan dalam beberapa vaksin juga telah terbukti aman dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada anak.

Mitos 4: Imunisasi Hanya Diperlukan Sekali Seumur Hidup
Beberapa orang beranggapan bahwa sekali mendapatkan vaksin, seseorang akan terlindungi seumur hidup. Padahal, beberapa vaksin memerlukan dosis penguat (booster) untuk memastikan perlindungan yang berkelanjutan. Penting untuk mengikuti jadwal imunisasi yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
Mitos 5: Imunisasi Dapat Meningkatkan Risiko Autisme
Salah satu mitos yang paling banyak beredar adalah bahwa imunisasi, terutama vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), dapat menyebabkan autisme. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai organisasi kesehatan, termasuk WHO dan CDC, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara vaksinasi dengan autism.
Kesimpulan
Imunisasi merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit menular yang dapat membahayakan kesehatan. Penting bagi masyarakat untuk memahami fakta ilmiah seputar vaksinasi dan menghindari mitos yang dapat menghambat upaya pencegahan penyakit. Dengan pemahaman yang benar, kita dapat mendukung program vaksinasi nasional dan melindungi generasi mendatang dari berbagai penyakit berbahaya.
Untuk yang ingin mempelajari segala sesuatu terkait vaksinasi, STIKes Husada Borneo merupakan salah satu institusi pendidikan yang dapat dipertimbangkan. Kampus ini menyediakan program studi yang sesuai dan mendukung pengembangan wawasan di bidang tersebut. Informasi pendaftaran secara lengkap bisa kamu dapatkan di stikeshb.ac.id atau Instagram @stikeshb.
Sumber
https://ayosehat.kemkes.go.id/mitos-dan-fakta-imunisasi
https://www.alodokter.com/mitos-bahaya-imunisasi-ini-perlu-bunda-ketahui
https://puskesmaspenimbung-dikes.lombokbaratkab.go.id/artikel/mitos-dan-fakta-seputar-imunisasi/