
Hubungan Faktor Stress dengan Pola Makan Harian
Faktor stress bisa berdampak besar terhadap pola makan harian. Banyak orang mengalami perubahan nafsu makan saat stres, baik meningkat maupun menurun.
Kondisi ini terjadi karena stres memicu pelepasan hormon kortisol, yang berpengaruh pada regulasi rasa lapar. Jika tidak dikelola dengan baik, pola makan yang tidak teratur dapat berisiko menyebabkan gangguan kesehatan.
Apa Saja Faktor Stress?
Faktor stress terbagi menjadi dua kategori utama: internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
1. Faktor Internal
Perilaku: Gaya hidup yang kurang sehat, seperti kurang tidur dan jarang olahraga, dapat meningkatkan stres.
Kondisi Fisik: Penyakit kronis atau kelelahan berlebihan mempengaruhi tingkat stres seseorang.
Konflik: Masalah pribadi atau tekanan sosial bisa menjadi pemicu stres berkepanjangan.
Emosional: Ketidakstabilan emosi, seperti kecemasan berlebih, berkontribusi terhadap tingkat stres yang tinggi.
2. Faktor Eksternal
Lingkungan: Suasana kerja yang penuh tekanan atau polusi suara bisa meningkatkan stres.
Keluarga: Tuntutan keluarga atau hubungan yang kurang harmonis menjadi penyebab umum stres.
Ekonomi: Ketidakpastian finansial sering kali memicu stres berat pada individu.
Faktor Stress dan Pola Makan Harian
Sebuah penelitian oleh Ghonimah, Dhuriyatul (2023) menemukan hubungan signifikan antara tingkat stres dan pola makan pada penderita gastritis (p-value < 0,05). Artinya, semakin tinggi stres yang dialami seseorang, semakin besar kemungkinan terjadi perubahan pola makan yang dapat berdampak pada kesehatan pencernaan
Stres dapat menyebabkan seseorang mengonsumsi makanan berlebihan atau justru kehilangan nafsu makan. Hormon kortisol yang meningkat saat stres memicu keinginan mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak. Akibatnya, pola makan menjadi tidak seimbang, meningkatkan risiko obesitas serta gangguan pencernaan.
Selain itu, stres juga berkontribusi terhadap pola makan emosional, yaitu kebiasaan makan bukan karena lapar fisik, melainkan untuk mengatasi tekanan emosional. Studi lain menunjukkan bahwa individu yang mengalami stres cenderung memilih makanan cepat saji yang rendah nutrisi.

Pola makan yang tidak teratur akibat stres juga dapat menyebabkan defisiensi nutrisi. Kekurangan zat gizi penting, seperti protein, serat, dan vitamin, berisiko menurunkan daya tahan tubuh serta memperburuk kondisi stres yang dialami seseorang.
Mengelola stres dengan baik menjadi kunci utama dalam menjaga pola makan tetap sehat. Teknik relaksasi, olahraga teratur, dan pola tidur yang cukup dapat membantu mengurangi dampak stres terhadap pola makan.
Stres memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi pengelolaan yang tepat dapat mencegah dampak buruknya terhadap pola makan harian. Jika Anda memiliki minat dalam bidang gizi dan ingin memahami lebih dalam hubungan antara stres, pola makan, serta kesehatan secara keseluruhan, kuliah di jurusan S1 Gizi Kalimantan Selatan STIKes Husada Borneo bisa menjadi pilihan yang tepat.
STIKes Husada Borneo merupakan institusi pendidikan kesehatan yang berkomitmen mencetak tenaga gizi profesional dengan kompetensi tinggi. Program S1 Gizi di kampus ini memberikan kurikulum berbasis keilmuan terkini, didukung oleh tenaga pengajar berpengalaman serta fasilitas laboratorium lengkap.
Bergabunglah dan jadilah bagian dari generasi ahli gizi yang siap berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kunjungi stikeshb.ac.id untuk mendapatkan informasi lengkap tentang jurusan dan pendaftaran.
Sumber: