Risiko Defisit Nutrisi SDKI: Penyebab & Dampaknya
Kesehatan yang optimal membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung metabolisme tubuh. Namun, beberapa individu menghadapi apa yang disebut dengan risiko defisit nutrisi SDKI.
Nah, artikel ini akan membahas apa itu risiko defisit nutrisi menurut SDKI, faktor-faktor yang berpotensi menyebabkannya, dan dampaknya terhadap kesehatan.
Apa Itu Risiko Defisit Nutrisi SDKI?
SDKI sendiri adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan untuk membantu tenaga kesehatan di Indonesia dalam mengenali dan menangani berbagai masalah kesehatan.
Sementara itu risiko defisit nutrisi SDKI adalah berisiko mengalami kekurangan asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (PPNI, 2017).
Jadi bisa dikatakan ketika seorang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, tubuhnya akan kesulitan menjalankan berbagai fungsi metabolisme secara optimal. Ini bisa berdampak pada kesehatan secara keseluruhan, terutama jika terjadi dalam jangka panjang.
Faktor Risiko yang Memicu Defisit Nutrisi
Defisit nutrisi bisa dipicu oleh berbagai faktor yang menghambat tubuh dalam menerima atau memanfaatkan nutrisi yang masuk. Beberapa faktor risiko utama pada risiko defisit nutrisi SDKI antara lain:
1. Ketidakmampuan Menelan Makanan
Beberapa kondisi kesehatan, seperti stroke atau penyakit Parkinson, dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menelan makanan dengan baik. Kesulitan menelan bisa mengurangi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, sehingga meningkatkan risiko defisit nutrisi.
2. Ketidakmampuan Mencerna Makanan
Dalam beberapa kasus, tubuh tidak bisa mencerna makanan dengan benar, sehingga nutrisi tidak dapat diolah dan diserap. Ini biasanya disebabkan oleh gangguan pada organ pencernaan, seperti lambung atau usus, yang mempengaruhi proses pencernaan.
3. Ketidakmampuan Mengabsorbsi Nutrien
Selain kesulitan mencerna, tubuh juga dapat mengalami masalah dalam menyerap nutrien. Gangguan penyerapan nutrisi sering kali terjadi pada orang dengan penyakit celiac, gangguan pankreas, atau kondisi lain yang mempengaruhi usus halus, sehingga tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi.
4. Peningkatan Kebutuhan Metabolisme
Kondisi tertentu, seperti infeksi, demam tinggi, atau pasca-operasi, dapat meningkatkan kebutuhan metabolisme tubuh. Ini berarti tubuh memerlukan lebih banyak energi dan nutrisi untuk menjalankan fungsinya. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, tubuh dapat kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk pemulihan dan kesehatan.
5. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi, seperti keterbatasan finansial, juga dapat memengaruhi asupan nutrisi seseorang. Individu dengan keterbatasan keuangan mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan makanan bergizi, yang berpotensi meningkatkan risiko defisit nutrisi.
6. Faktor Psikologis
Faktor psikologis, seperti stres atau kurangnya minat makan, dapat mempengaruhi pola makan seseorang. Stres berlebihan dapat mengurangi nafsu makan, yang akhirnya mengurangi asupan nutrisi harian dan meningkatkan risiko defisit nutrisi.
Kondisi Klinis yang Rentan terhadap Defisit Nutrisi
Beberapa kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami defisit nutrisi. Beberapa di antaranya adalah:
- Stroke, dimana pasien stroke sering mengalami kesulitan menelan dan mengunyah, yang memengaruhi kemampuan mereka dalam mendapatkan nutrisi yang cukup.
- Penyakit Parkinson yang mempengaruhi otot-otot tubuh, termasuk otot yang digunakan untuk menelan, sehingga asupan nutrisi menjadi terbatas.
- Cerebral Palsy, dimana individu dengan cerebral palsy mungkin mengalami masalah pada sistem pencernaan atau kesulitan menelan, yang menghambat asupan nutrisi.
- Kelainan struktural seperti bibir sumbing atau langit-langit mulut yang tidak sempurna (cleft palate) juga dapat memengaruhi kemampuan untuk makan secara normal.
Seseorang yang berada dalam risiko defisit nutrisi SDKI jik tidak ditangani dapat membawa berbagai dampak serius bagi kesehatan. Tubuh yang kekurangan nutrisi tidak dapat menjalankan fungsi metabolisme dengan baik.
Hal tersebut dapat menyebabkan kelemahan fisik, gangguan pertumbuhan (pada anak-anak), penurunan daya tahan tubuh, serta memperlambat proses pemulihan dari penyakit atau cedera. Bahkan dalam jangka panjang, defisit nutrisi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang lebih serius.
Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan dan keluarga untuk memberikan perhatian khusus pada asupan nutrisi harian individu yang berisiko, demi mencegah terjadinya komplikasi kesehatan yang lebih lanjut.
Jika Anda memiliki passion untuk menjadi ahli gizi dan berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, saatnya bergabung di jurusan S1 Gizi Samarinda, STIKes Husada Borneo!
Daftarkan diri Anda segera di stikeshb.ac.id dan ikuti @stikeshb di Instagram untuk update konten menarik lain dalam bidang pendidikan dan kesehatan!
Sumber: